Salah satu tanaman yang digadang-gadang oleh Pemerintah sebagai pengganti bahan pangan nasional adalah sorgum. Sorgum mungkin masih asing bagi sebagian orang, sebab tanaman pangan yang termasuk biji-bijian ini berasal dari Afrika. Selain itu, kita juga sudah terbiasa dengan tanaman padi sebagai bahan pangan utama nasional. Sorgum juga lebih cocok untuk di tanam di wilayah yang cenderung minim air, seperti di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Di wilayah Jawa, sorgum bisa ditemukan di daerah yang kering seperti Wonogiri, Bojonegoro, Grobogan, hingga Tuban.
Sorgum
merupakan bahan pangan yang kaya manfaat, memiliki kandungan serat yang tinggi,
bebas gluten, dan kandungan nutrisi yang tidak ditemukan di sumber karbohidrat
lainnya. Tak jarang sorgum sering menjadi pilihan makanan pokok atau pengganti
nasi bagi orang yang sedang berdiet. Biji sorgum juga bisa diolah menjadi
makanan lainnya, seperti kue, gula, tepung, kecap manis, popcorn, dan masih
banyak lagi. Bukan hanya itu, selain sebagai bahan pangan untuk manusia, sorgum
juga digunakan untuk bahan pakan ternak dan sebagai bahan dasar bio energi
biodiesel.
Dapat
dikatakan bahwa sorgum merupakan tanaman yang bersifat zero waste. Hal ini karena
semua bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi apapun. Biji
sorgum dapat diolah menjadi tepung, pakan ternak, nasi, dan biskuit. Batangnya
dapat diolah menjadi gula, pakan sapi, kompos, dan permen. Sementara itu,
daunnya dapat diolah menjadi kompos, pewarna alami, dan keripik.
Melihat
banyaknya manfaat sorgum yang digadang-gadang menjadi alternatif makanan pokok
dan komoditas di Indonesia, pertanian sorgum pun kini semakin digencarkan di
berbagai penjuru negeri. Salah satu daerah yang potensial di tanami komoditas
sorgum adalah Nusa Tenggara Barat. Lokasi pertanian sorgum di Nusa Tenggara
Barat tersebar di Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Utara, Bima, Sumbawa,
Mataram, dan masih akan bertambah lagi.
“Ada dua hektare
lahan yang kita siapkan untuk mengembangkan sorgum di Kabupaten Lombok Tengah
dan Sumbawa.” Ujar Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB, Fathul Gani,
dikutip dari Antara (14/08/2022).
Pertanian
sorgum di NTB telah memberikan hasil yang positif hingga saat ini. Pasalnya
sorgum dari NTB telah menembus pasar ekspor ke beberapa negara berbeda dan
bernilai lebih ratusan juta . Hal ini tentu saja membanggakan karena bukan
hanya menguatkan ekonomi local petani maupun warga NTB saja, tetapi juga telah
berkontribusi terhadap penguatan ekonomi nasional.
Keberhasilan
pertanian sorgum ini didorong oleh program Desa Sejahtera Astra (DSA) yang
merupakan program PT. Astra International Tbk yang masuk dalam pilar
kewirausahaan untuk membantu masyarakat mengembangkan produk-produk unggulan.
Terdapat sekitar 22 Desa di NTB yang menjadi binaan Desa Sejahtera Astra dan berhasil
menjadi lapangan pekerjaan bagi sekitar 1000 petani di seluruh NTB dengan
konsep korporasi petani. Hal ini memberikan dampak positif dari sisi ekonomi bagi
petani karena dapat menambah pendapatan bulanan mereka, menambah skill dalam mengelola pertanian sorgum,
dan mampu untuk ekspor secara mandiri.
Pada awal
tahun 2022, produk unggulan Desa Sejahtera Astra dilepas untuk diekspor ke
beberapa negara. Kegiatan ekspor ini merupakan implementasi kerja sama
pengembangan ekspor unggulan desa dengan PT. Astra International Tbk yang
tujuannya untuk meningkatkan ekspor desa ke pasar global. Program Desa
Sejahtera Astra di NTB telah mampu mendorong perekonomian lokal Lombok, karena
program DSA ini mendorong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk bangkit di
situasi ekonomi yang sedang baik-baik saja, yakni karena hantaman pandemi Covid-19
dan dampak dari gempa bumi Lombok 2018. Dampak positif lainnya dari program
Desa Sejahtera Astra sorgum ini telah mampu menyerap tenaga kerja dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Khususnya bagi ibu rumah tangga
yang mampu berkontribusi dan terlibat dalam proses pengolahan menjadi berbagai
aneka makanan dan minuman.
Hasilnya pada
panen raya awal tahun 2022, Desa Sejahtera Astra telah berhasil melakukan
ekspor 10 produk olahan sorgum dengan nilai Rp700 juta. Produk olahan sorgum
yang berhasil diekspor berupa keripik tempe sorgum, roll sorgum, keciput
sorgum, stik bawang sorgum, beras sorgum, tepung sorgum, biskuit sorgum, gula
cair sorgum kemasan botol dan sachet, serta edible
spoon and fork sorgum.
“Sejak
diformalkan pada 28 Juli 2021, Kemendag dan Astra berkomitmen bahwa dari
sekitar 900 desa binaan Astra, minimal 100 desa harus mampu ekspor secara
mandiri dan mendapatkan repeat order
dalam kurun waktu dua tahun (2023).” Ujar Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor
Nasional Didi Sumedi (dikutip dari Radar Lombok, 24/01/2022)
Kedepannya
komoditas sorgum bukan hanya bisa dijadikan sebagai alternatif bahan pangan
nasional saja, tetapi juga bisa menjadi salah satu entitas dalam ketahanan
pangan nasional dalam menghadapi krisis pangan. Pertanian sorgum juga bisa
dilakukan di semua daerah di Indonesia agar bukan hanya bisa memenuhi bahan
pangan nasional, tetapi juga bisa dijadikan komoditas ekspor Indonesia.
Mengingat bahwa terdapat tren pertumbuhan positif dalam ekspor serelia dari
Indonesia dan bisa menjadi andalan di pasar global. Tidak sampai di situ saja,
harapannya petani sorgum pun sejahtera dan sorgum bisa dimanfaatkan dengan baik
sebagai zero waste product.