Pada 06 Juni 2021, aku berpatisipasi dalam acara Youth Virtual Conference 2021 dengan tema “Untukmu, Bumiku.” Acaranya sangat seru dan aku banyak belajar hal baru, serta bertemu dengan orang baru yang luar biasa keren-keren. Oiya, sebelumnya kamu udah tahu belum nih, Youth Virtual Conference itu apa? Ok, jadi Youth Virtual Conference merupakan acara yang diselenggrakan oleh Tempo Media Grup bersama orang muda Indonesia dengan 9 inspirator di berbagai bidang untuk menyuarakan keadilan iklim.
Seperti
yang sudah kita tahu bahwa bumi sedang tidak baik-baik saja, pandemi Covid-19
mengepung masyarakat dunia, perubahan iklim nampak jelas terjadi yang membuat
dunia mempunyai urgensi untuk menyelamatkan bumi. Oleh karena itu, sebagai
orang muda Indonesia kita harus berkontribusi, menyatukan gagasan, harapan,
energi, berdiskusi mengatasi masalah ini. Maka, Youth Virtual Conference
menjadi wadah untuk menyatakan aspirasi dan inspirasi. Menghadirkan 9
inspirator, yaitu kak Abex (Ecotraveler), Soraya Cassandra (Kebun Kumara),
Ramon Tungka (Aktor), Lasma Natalia (Perempuan Penjaga Bumi Pilihan Tempo),
Kynan Tegar (Pemuda Adat Sungai Utik), Agni Pratisha (Mantan Putri Indonesia),
Rara Sekar (Penyanyi), Duanyam (Green Business, Green Living), dan KPop4Planet
(Pecinta K-Pop yang Peduli Lingkungan). 9 inspirator tersebut membahas
bagaimana kita bisa berkontribusi menjaga bumi secara eksklusif bersama peserta
terpilih.
Oiya jadi
untuk berpatisipasi pada acara ini, para peserta mendaftarkan diri terlebih
dahulu dan memilih ingin berdiskusi secara eksklusif bersama siapa. Saat
mendaftar, kita juga harus memberikan alasan yang kuat mengapa kita mau
mengikuti acara ini. Kalau aku saat itu memilih berdiskusi dengan kak Abex sang
ecotraveler alasannya karena aku pribadi sangat menyukai traveling, tertarik
untuk traveling sambil tetap menjaga bumi, dan ingin menambah insight
baru dari sisi kak Abex bagaimana dia yang mencintai traveling (khususnya
mendaki gunung) sambil tetap menjaga lingkungan.
Setelah
menunggu beberapa hari, aku pun mendapat email yang menyatakan bahwa aku
terpilih menjadi peserta Youth Virtual Conference. Aku senang sekali! Kemudian,
aku pun bergabung di grup WhatsApp bersama para peserta lain yang memilih kak Abex
juga. Seminggu sebelum acara, kak Alya selaku co fasilitator Youth Virtual Conference
mengajak kami berdiskusi seputar traveling, menjaga bumi, krisis iklim,
dan sejenisnya. Dari sini, aku jadi bisa menambah wawasan baru dari peserta
lain yang berasal dari berbagai latar belakang dan tersebar di berbagai daerah.
Di hari-H
acara, aku bertemu dengan seluruh peserta, co fasilitator, dan para inspirator
secara virtual. Jadi, teknis acaranya adalah kita disatukan dalam ruang zoom,
lalu dipecah ke dalam ruang-ruang yang sesuai dengan inspirator yang kita pilih.
Setelah itu, kita bisa memilih ruang inspirator lain untuk ikut bergabung juga.
Pokoknya seru banget deh!
Di ruang
bersama inspirator yang aku pilih, yaitu kak Abex, kami pun berdiskusi. Kak
Abex sendiri menceritakan pengalamannya yang sudah menyukai traveling
dan mendaki gunung sejak kecil. Ketika mendaki gunung, kak Abex merasa risih
dengan kebiasaan para pendaki, yaitu kebiasaan membuang sampah sembarangan.
Bagi kak Abex, ketika mendaki gunung bisa dianalogikan seperti kita sedang
bertamu ke rumah orang lain, maka kita harus menjaga sopan santun kita,
termasuk menjaga kebersihan rumah tersebut. Oleh karena itu, ia pun mengatakan
bahwa jangan sampai kita meninggalkan jejak selain telapak kaki dan jangan sampai
alam ternodai dengan sampah-sampah para pendaki yang tak bertanggungjawab.
Sungguh
ironi sekali melihat bahwa tren mendaki gunung saat ini karena ternyata sangat
sering ditemukan para pendaki yang tak tahu diri membuang sampah sembarangan.
Hal-hal kecil seperti ini jika dibiarkan pun akan menjadi hal besar. Bahkan
citra pendaki Indonesia pun tercoreng di mancanegara karena kebiasaannya yang
suka membuang sampah sembarangan. Traveling juga harus ada aturannya, alam
harus tetap terjaga kelestariannya. Kita sebagai manusia bertanggungjawab untuk
membuat bumi tetap lestari.
Setelah
selesai sesi bersama kak Abex, aku pun berpindah ke ruang lain dan aku memilih
ruang bersama KPop4planet. Aku juga pernah menulis tentang KPop4Planet di sini.
Aku kagum pada para pecinta K-POP yang inisiatif untuk menggagas KPop4Planet.
Dari sini, aku juga belajar bahwa mencintai suatu hal juga harus kritis, mencintai
itu jangan apa adanya, mencintai harus saling membangun agar hal-hal yang
dirasa mengganggu dapat segera diatasi. KPop4Planet merupakan manifestasi dari
cinta yang tulus pada idola, tetapi tetap selaras dengan cinta pada bumi tempat
yang kita pihaki. Figur-figur Kpop juga banyak yang mencintai bumi dan menjadi
inspirasi untuk menggagas berbagai campaign Kpop4Planet. Sungguh keren
sekali!
Acara Youth
Virtual Conference menghasilkan “Manifesto Orang Muda untuk Perubahan Iklim”,
yang dirumuskan oleh 223 orang muda dari seluruh Indonesia. Manifesto ini
menegaskan komitmen orang muda untuk ambil bagian dalam restorasi lingkungan
dan mengambil langkah antisipasi dan pencegahan dampak sosial-ekonomi perubahan
iklim.
Seperti kata
Robi Navicula bahwa setiap generasi punya revolusinya sendiri. Generasi saat
ini punya revolusi membenahi lingkungan dan meredam dampak dari perubahan
iklim. Maka kita adalah generasi restorasi yang mempunyai tanggung jawab
menyebarkan semangat revolusi yang berpihak pada kelestarian bumi tempat kita
berpijak. Revolusi bisa dimulai dari diri kita sendiri, dari hal kecil sekecil
memulai hidup ramah lingkungan dan terus mengedukasi diri sendiri tentang pentingnya
menjaga bumi. Setelah itu, kita bisa menyebarkan semangat ini pada orang
sekitar. Kita bisa bergandengan tangan walaupun kita berbeda latar belakang
maupun pandangan. Kita bisa bersama-sama berkontribusi menjaga bumi. Mari
menyuarakan dan menyerukan pada dunia bahwa pertumbuhan bisa dan harus selaras
dengan upaya menjaga dan merestorasi lingkungan.
Untukmu,
Bumiku. Demi bumi yang lestari!