Halo teman-teman... Apa kabar? Semoga selalu dalam keadaan sehat ya dan semoga masih semangat mencintai bumi. 😊
Ngomong-ngomong soal bumi nih,
bulan Juni ada hari penting loh terkait bumi. Apa itu? Nah, tanggal 5 Juni
diperingati sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia! Kenapa ya Hari Lingkungan Hidup harus diperingati? Ok terlepas dari sejarahnya, dari dulu memang sudah
ada kesadaran negara-negara untuk berkomitmen menjaga lingkungan agar tetap
lestari. Momentum Hari Lingkungan Hidup Sedunia menjadi trigger bagi kita untuk merenungi lagi dan menyadari tentang
pentingnya menjaga alam dan lingkungan. Keseimbangan ekosistem alam dan lingkungan harus dijaga karena di sinilah kita menumpang hidup. Mengingat fakta
bahwa sampai saat ini bumilah yang menjadi planet ideal untuk ditempati
manusia, berarti sebagai konsekuensinya kita harus bertanggung jawab terhadap
kelestariannya karena hanya ada satu bumi.
Menurut UN Environment Program,
tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun ini adalah Restorasi Ekosistem. Apa aja sih bentuk restorasi ekosistem itu?
Di antaranya adalah reboisasi,
menanam pohon, menghijaukan kota, mengubah pola makan, membersihkan sungai dan
pantai. Tujuan restorasi ekosistem adalah membentuk generasi yang memiliki
kepedulian terhadap lingkungan dan berdamai dengan alam.
Restorasi ekosistem itu penting
loh karena seperti sudah kita tahu bahwa beberapa tahun ini kebakaran hutan dan
lahan kian masif terjadi dan dilakukan. Selain itu, banyak bencana alam yang
terjadi akibat ulah tangan manusia, termasuk pandemi Covid-19 yang tengah melanda
dunia juga erat kaitannya disebabkan oleh perubahan tatanam ekosistem akibat
kebakaran hutan loh!
Pada hari Jumat 4 Juni, aku mengikuti acara Eco Blogger Squad Online Gathering dengan tema “Cegah Karhutla, Cegah Pandemi”
dalam rangka menyambut Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Tentunya acara ini sangat
seru dan materinya “daging” banget, tidak kalah seru dengan online gathering sebelumnya. Apalagi pada gathering kali ini mengundang pembicara yang kompeten di bidangnya,
yaitu Dedy Sukmara selaku Direktur Informasi dan Data Auriga Nusantara yang
kali ini membahas tentang bencana tahunan kebakaran hutan dan lahan, serta ada
dokter Alvi Muldani selaku Direktur Klinik di Yayasan Asri (Alam Sehat
Lestari). Acara ini semakin seru karena dipandu oleh kak Fransiska Soraya dari Blogger Perempuan Network.
Bencana
Karhutla yang Terus Melanda Indonesia Setiap Tahunnya
Selama dua dekade terakhir,
bencana karhutla yang paling mengkhawatirkan terjadi pada dua tahun lalu atau
pada tahun 2019 yang menyebabkan 1,6 hektar hutan dan lahan hangus dilalap api.
Asap dari kebakaran hutan selalu memicu berbagai penyakit dan masalah, bahkan
memanaskan hubungan diplomatik Indonesia dengan negara tetangga. Tak heran jika
bencana karhutla yang sering melanda menyebabkan Indonesia masuk ke dalam
penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia.
Pemicu karhutla sering dituding karena pengaruh kemarau panjang (El Nino) yang terjadi tiap tahunnya. Namun faktanya, karhutla terus terjadi bahkan di tahun-tahun tanpa kemarau panjang. Oleh karena itu, ada faktor lain yang dituding sebagai pemicu karhutla, yaitu ulah tangan manusia baik karena disengaja atau karena lalai. Kebakaran hutan dan lahan terus terjadi tiap tahunnya sehingga bencana ini menyebabkan Indonesia berkontribusi dalam kenaikan karbon yang signifikan secara global. Provinsi api yang sering terjadi karhutla dan menyumbang terjadinya kabut asap adalah Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, dan Papua.
Lalu, sebenarnya apa saja sih
yang menyebabkan terjadinya karhutla?
Ada beberapa faktor penyebab
karhutla yang bisa dibagi dua, yaitu faktor alami dan faktor tangan manusia.
Faktor alami yang terjadi karena petir, aktivitas vulkanis, dan ground fire. Sementara itu, faktor
tangan manusia terjadi karena adanya pembukaan lahan secara masif dengan cara
membakar, perburuan, penggembalaan, konflik lahan, dan aktivitas lainnya.
Faktanya adalah karhutla di Indonesia hanya satu persennya saja yang terjadi
karena faktor alami loh, sedangkan 99% disebabkan oleh ulah tangan manusia,
baik disengaja atau memang lalai. Miris sekali bukan?
Ada beberapa dampak yang terjadi
akibat karhutla, di antaranya adalah dari segi biodiversitas menyebabkan
hilangnya habitat dan penuruan populasi tumbuhan dan hewan. Selain itu,
karhutla juga berdampak pada kesehatan, pendidikan, dan transportasi karena
karhutla memicu adanya bencana kabut asap yang berpengaruh pada aspek kesehatan,
sekolah yang terpaksa harus diliburkan, dan jarak pandang terganggu sehingga
mempengaruhi transportasi. Karhutla juga berkontribusi pada cepatnya perubahan
iklim dan pemanasan global. Aspek ekonomi juga ikut terdampak karena akibat
karhutla sepanjang 2019, Indonesia mengalami kerugian sebanyak Rp72, 95
triliun.
Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah karhutla? Cara mudah yang bisa kita sebagai individu mencegah karhutlah adalah jangan membeli produk dari perusahaan yang melakukan kejahatan lingkungan, seperti melakukan praktik kebakaran hutan, merusak alam, dan aktivitas lain yang merusak hutan.
1. Membeli produk yang terdapat eco/green lable
2. Menanam pohon
Beberapa hal yang harus kita lakukan untuk menanggulangi karhutla.
1. Memperluas moratorium hutan dan gambut
2. Meningkatkan penegakkan hukum
3. Restorasi hutan dan gambut terdegredasi
4. Mendukung komunitas pemadam kebakaran dan kapabilitas pemantauan
5. Membangun infrastruktur hidrologis dan mendorong kapasitas respon dini
6. Memberi insentif ekonomi untuk tidak membakar.
Kaitan
antara Karhutla dan Pandemi yang Melanda Dunia
Kebakaran hutan juga berkaitan
dengan deforestasi. Keduanya saling berkorelasi dan berpengaruh pada kesehatan
karena manusia dan lingkungan itu saring berkait erat. Masalah kesehatan yang
timbul akibat dari kerusakan lingkungan itu sangat banyak loh! Salah satunya pandemi
Covid-19 yang tengah melanda dunia. Pandemi
Covid-19 sendiri dipercaya dipicu oleh transmisi virus dari hewan ke manusia.
Hewan terpaksa meninggalkan habitat aslinya karena meningkatnya kerusakan
lingkungan.
Faktor penyebab pandemi:
Pandemi disebabkan oleh organisme
spesifik dan telah berada bersamaan dalam beberapa ribu tahun, tetapi tidak
menyebabkan penyakit. Kemudian, terjadilah kontak makhluk liar dengan manusia
melalui domestikasi (harusnya hewan liar ada di alam), habitat liar terganggu,
dan perdagangan hewan liar. Hal tersebut dipercepat dengan perjalanan udara,
urbanisasi, dan perubahan iklim sehingga wabah pun menyebar dengan cepat.
Apa sih penyakit zoonosis itu?
Zoonosis adalah penyakit atau
infeksi yang secara alami bisa ditransmisikan dari vertebrata ke manusia. Ada
lebih dari 200 penyakit zoonosis, di antaranya ada rabies, HIV, ebola,
salmonellosis, dan Covid-19.
Pencegahan dan kontrol:
1. Guideline yang aman dan sesuai dalam perawatan hewan di sektor agrikultur.
2. Kampanye mencuci tangan yang benar.
3. Menjaga hutan dan lingkungan
Deforestasi dan fragmentasi
habitat
-
Sekitar 1,6 milyar manusia menggantungkan hidupnya
pada hutan sehingga resiko bertemu kehidupan liar lebih tinggi.
-
Penebangan pohon mengubah lingkungan, ekosistem,
dan mempengaruhi kemunculan penyakit dan transmisinya (Taylor, 1997).
Dari sini bisa kita pahami bahwa
ada kaitan erat antara fragmentasi dan deforestasi dengan terjadinya pandemi.
Kerusakan lingkungan menyebabkan ekosistem tidak lagi seimbang sehingga habitat
hewan dan tanaman pun ikut terancam. Ketika hal ini terjadi maka hewan dengan
mudah bermigrasi ke lingkungan manusia, maka penularan virus pun terjadi dan
wabah lebih cepat menyebar.
Kita tahu bahwa saat ini bumi
sedang tidak baik-baik saja. Sebagai manusia yang menumpang hidup di bumi, maka
sudah selayaknya kita menghormati makhluk hidup lainnya. Kita harus memiliki
akhlak yang baik terhadap alam dan belajar bahwa ada entitas lain yang berada
di sekitar kita yang hidup dan perlu dihormati.
Sebagai generasi restorasi, mari
kita berkontribusi dalam mengobati bumi yang sedang sakit dengan cara menjaga
alam dan lingkungan. Karena sejatinya, menjaga bumi sama dengan menjaga
keselamatan kita semua sebagai manusia. Maka biarkanlah hutan tetap hijau tanpa
karhutla dan biarkanlah langit tetap membiru tanpa kabut asap! Salam lestari kawan!