Pentingnya Memilih Produk Skincare Ramah Lingkungan dan Ramah Sosial
04.05Halo semuanya, apa kabar? Semoga selalu dalam keadaan sehat ya 😊
Kali
ini aku mau nulis tentang konten acara #LestarikanCantikmu online blogger gathering yang
diselenggarakan pada hari Jumat, 09 April 2021. Eits tunggu… ini acara apa sih?
Kalian pasti tahu kan kemarin aku ikutan kompetisi blog #LestarikanCantikmu
yang ini nih tulisanku.
Acara tersebut diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network, Kabupaten
Lestari, dan Madani Berkelanjutan. Nah, Alhamdulillah aku menjadi salah satu
yang terpilih buat ikut Online Gathering
tersebut.
Di acara online blogger
gathering ini, selain mengumumkan pemenang kompetisi blog #LestarikanCantikmu,
juga menghadirkan pembicara yang keren-keren. Siapa aja sih emang pembicaranya?
Yang pertama ada kak Danang Wisnu yang merupakan seorang skincare creator yang vokal membahas bahan baku kosmetik yang ramah
lingkungan. Yang kedua ada kak Gita Syahrani yang merupakan kepala sekretariat
Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL). Yang terakhir ada Mbak Christine,
perwakilan dari Segara Naturals, pegiat produk beauty and wellness yang memanfaatkan komoditas lokal Indonesia
sebagai bahan baku utama. Acara ini tambah seru lagi karena dipandu oleh kak
Fransika Soraya yang tentu saja membagikan seputar sustainable beauty and wellness.
Acara dibuka dengan games tebak kata yang membuat suasana jadi cair dan seru. Tentunya games-nya juga masih berhubungan dengan tema acara ini, yaitu hubungan kecantikan dengan alam. Kemudian dilanjut dengan pemutaran video dari LTKL tentang pendapat 17 orang berusia 21 – 30 tahun yang berdomisili di Jakarta terhadap produk kecantikan yang ramah lingkungan dan ramah sosial. Ternyata tren penggunaan dan pembelian produk berbasis alam kian meningkat, termasuk di sektor kecantikan. Salah satu pemicunya adalah kondisi lingkungan saat ini yang memprihatinkan (Amberg dan Fogarassy, 2019). Dalam video ini juga dijelaskan bahwa suatu produk disebut ramah lingkungan dan ramah sosial jika keseluruhan proses produksinya, mulai dari pengambilan bahan baku, formulasi, konsumsi, daur ulang kemasan hingga sistem pembuangan sampah mengikuti prinsip ramah lingkungan dan ramah sosial.
“Produk yang ramah lingkungan dan ramah sosial dapat
menyejahterakan masyarakat, menjaga lingkungan, dan membantu pembangunan
ekonomi negara.” (Tolnay, dkk., 2018).
Berikut merupakan kesimpulan talk
session dari ketiga pembicara
Kak Danang Wisnu: Pentingnya Mengetahui Bahan Baku Produk Skincare yang Kita Pakai
Perbincangan
pertama dibuka oleh kak Danang Wisnu, bahwa kita penting memperhatikan bahan
baku dalam produk skincare. Pada
dasarnya karena saat kita memilih untuk memakai suatu produk skincare, maka seharusnya kita sudah
tahu apa tujuannya. Oleh karena itu sebelum memilih produknya, maka kita harus mengetahui
dan mengerti bahan-bahan dalam produk skincare
tersebut sehingga dapat memberikan hasil yang efektif dan mengetahui cara
kerjanya. Kita sebagai konsumen harus cerdas dalam mengetahui kandungan produk
skincare yang kita pilih agar bisa mengerti cara kerjanya di tubuh kita dan memberikan
hasil yang sesuai ekspektasi.
“Pakai skincare itu harus bikin kita senang, pake make up itu
harus bikin kita bahagia. Ketika produk yang kita pakai itu diproses dengan
bagus, dari sumber yang bagus, bahkan kita bisa saling menolong sesama, maka
hal itu semakin membuat kita bahagia.” Danang Wisnu – Skincare content creator
C Channel Class Vol.5 “Be an expert for your skin” (5 Desember 2020).
Kak Gita
Syahrani: Brand Kecantikan Harus Bercerita Tentang Komoditas yang Mereka Pakai
Saat ini sudah ada kesadaran konsumen memilih produk skincare yang ramah lingkungan. Studi konsumen dari LTKL, Madani, dan C. Channel tentang pertimbangan konsumen saat membeli produk kecantikan itu ada beberapa hal, yaitu kualitas produk, harga produk sesuai budget, bahan dalam produk, kemasan dan promosi, sertifikasi halal, dan review dari influencer. Dari enam hal tersebut, banyak yang peduli terhadap bahan dalam produk skincare. Apa yang membuat mereka peduli dan sadar? Ternyata ada concern besar terkait polusi dan bagaimana produk yang mereka pilih akan memperparah polusi, bagaimana dari produk itu dibuat sampai dikemas itu seperti apa.
Ada tiga
aspek utama produk ramah lingkungan dan ramah sosial, yaitu menjaga fungsi alam
tanpa bencana (menjaga ekosistem), petani/pekebun/pekerja sejahtera, energi dan
limbah produksi terjaga. Beberapa potensi komoditas ramah lingkungan dan ramah
sosial di Indonesia, di antaranya adalah beras, nanas, tengkawang, bunga
telang, asam maram, kunyit, ekstrak albumin ikan gabus, kelapa sawit, kopi,
cokelat, lidah buaya, pegagan, madu, coconut
oil. Komoditas lokal itu tidak serta merta ramah lingkungan dan ramah
sosial karena kita juga harus melihat aspek produksinya dari awal, ditanamnya
seperti apa, siapa saja yang terlibat, apakah petaninya sejahtera, apakah
menggunakan praktik pertanian yang baik, apakah UMKM-nya mendapat harga yang
layak atau tidak. Kemudian apakah saat diproduksi, produknya bisa
mempertanggungjawabkan energi dan limbah yang dihasilkan.
6 langkah
yang bisa kita lakukan: baca label, kenali bahan, pahami komoditas asal, apa
dampaknya?, pilih yang lestari, berbagi cerita kamu!
Yang berarti: baca dulu
labelnya, kenali apa aja sih bahannya, komoditasnya apa sih yang terlibat, apa
dampaknya sih komoditasnya itu (riset dulu), pilih aja yang lestari, dan
berbagilah tentang pengalamanmu memilih produk tersebut.
Pilihlah produk yang “bercerita”, dari mana produk berasal, dibeli dari mana, bagaimana cara komoditas diproses. Semakin brand bercerita, semakin membuat konsumen lebih gampang dan paham.
Salah satu komoditas lokal yang ramah lingkungan adalah kelapa sawit. Kalau kelapa sawit yang sustainable itu ada standar RSPO-nya dan ISPO, tapi tidak semua label mencantumkannya! Jadi sebaiknya brand harus bercerita nih! Konsumen akan lebih senang karena bisa lebih paham apa saja kandungannya. Kalau pun tidak ada label standarnya, cari saja brand yang bercerita biar kita yakin sama kandungannya. Brand harus berinovasi dan punya semangat memberitahu pada konsumen tentang komoditas apa dalam produknya sehingga menjadi brand yang bagus, bukan hanya untuk tubuh kita, tetapi juga untuk jiwa kita.
Mbak
Christine: Segara Naturals sebagai Pilihan Produk Skincare yang Memanfaatkan Komoditas Lokal Indonesia
Segara
Naturals merupakan pegiat produk beauty and wellness mengusung produk yang ramah lingkungan. Berawal
dari kegelisahan Mbak Christine melihat indahnya Indonesia, tetapi hutannya
banyak yang gundul dan lautnya banyak mengandung sampah. Mbak Christine mencari
solusi agar gampang bertraveling tanpa merusak alam dan menyumbang sampah ke
lingkungan. Oleh karena itu, ia mulai menciptakan produk Segara Naturals yang
mencoba memberikan solusi atas masalah ini sehingga diharapkan produknya bisa
ramah lingkungan. Mbak Christine memandang bahwa kita sebagai konsumen banyak sekali
dibombardir oleh informasi. Oleh karena itu, kita sebagai konsumen harus bisa
mengedukasi diri kita sendiri.
Segara
Naturals juga memanfaatkan komoditas lokal yang ramah lingkungan dalam
formulasi produk-produknya. Mbak Christine melihat bahwa Indonesia punya banyak
potensi komoditas lokal untuk dimanfaatkan dalam produk kecantikan. Ramah
lingkungan dalam hal ini proses dari hulu ke hilir harus transparan tanpa
merusak alam. Singkatnya, Segara memiliki prinsip kesinambungan hulu – hilir
karena mengingat jumlah sampah plastik dari industri kecantikan mencapai 120
miliar. Segara Naturals juga
meminimalisir zero waste yang
terlihat dari kemasannya yang dirancang menggunakan bahan kaleng aluminium.
Segara menghitung berapa besar sampah yang mereka hasilkan dan berapa yang bisa
didaur ulang. Dalam hal bahan baku pun mereka menjelaskan sejelas mungkin
sehingga diharapkan konsumen bisa memahami apa saja komoditas yang mereka pakai
dalam produknya. Hal ini terlihat di label produknya yang “bercerita”. Secara
singkat, Segara Naturals mengusung konsep minim sampah, anti tumpah, kulit
sehat alami.
Nah,
itulah ilmu yang aku dapatkan dari online blogger gathering
#LestarikanCantikmu. Kalau boleh aku simpulkan, kita sebagai konsumen harus bisa
mengedukasi diri sendiri sebelum memilih produk skincare yang kita pakai.
Produk skincare yang ramah sosial dan ramah lingkungan itu adalah yang
menggunakan komoditas lokal berkelanjutan dan mempertimbangkan aspek sosial
dari mulai proses produksinya hingga menjadi produk siap pakai (dari hulu ke
hilir). Indonesia menawarkan beragam komoditas lokal yang bisa dimanfaatkan oleh
industri kecantikan. Nah, kita tinggal memilih produk yang ramah lingkungan dan ramah sosial. Ketika kita bisa memilih produk kecantikan yang ramah
lingkungan dan ramah sosial, maka kita pun telah berkontribusi melindungi bumi
dan menyejahterakan masyarakat. Lingkungan pun akan terjaga, dengan begitu
masyarakat pun ikut sejahtera.
Aku
senang sekali bisa mengikuti acara ini karena banyak hal baru yang bisa aku
pelajari dan bisa aku tulis di sini. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk
membaca tulisanku. Semoga informasi ini bisa berguna buat kalian semua dan aku
akan terus membagikan hal baik yang kudapatkan melalui tulisanku. Semoga kalian
suka ya, au revoir! 😊
6 komentar
Waww,..Kaka keren.. tulisannya membuka wawasan baru saya.. terimakasih SDH berbagi pengalaman nya kak 🤗
BalasHapusHi kak Rini, terima kasih ya udah meluangkan waktu buat baca 🤗 semoga bermanfaat ya 😊
HapusWahhh gathering sama pakde Danang 😍
BalasHapusBetulll 😆 Terima kasih kawan sudah membaca😆
HapusMau cantik ngga boleh egois ya harus perhatikan lingkungan juga
BalasHapusBetul sekali kak 😊 terima kasih sudah membaca 😊
Hapus